Kenangan masa kecil rupanya adalah kenangan yang sangat berarti untuk setiap orang. Kenangan tersebut yang membentuk diri seseorang di masa depan. Tetapi apa yang paling teringat adalah kenangan yang buruk. Kenangan yang selalu memanggil amarah bermain dalam pandangan. Setiap orang memilikinya, bahwa sisi gelap itu selalu ada. Aku mengerti. Bahkan untuk meminta sabar berperang dengan kebutaan hingga hening datang bersemayam. Aku tidak ingin berterima kasih aku juga tidak menyesali. Semua yang terjadi adalah hal waras yang kulakukan dengan sadar pada masanya. Tapi tentu saja semua memang di pengaruhi oleh hasil konspirasi obyek lainnya.
Mereka adalah hal yang pernah ku benci dalam hidup ini. mereka adalah obyek yang tidak sepenuhanya bertanggungjawab untuk menjadi langit cerah di bulan desember. Bahkan saat semua baik-baik saja, aku tetap yang salah. Aku ditampar bahkan begitu tega untuk mengatakan bahwa aku tega. Aku pernah bertanya pada obyek, apakah salah untuk membenci mereka? apakah aku akan dikutuk menjadi buta? hingga aku bertanya lagi dikemudian bulan haruskah kebingungan itu dibalas dengan amarah? haruskah yang salah hrus dipenjara? apakah seperti itu cara kerja hidup ini?
Hingga suatu saat aku bersumpah pada diriku sendiri bahwa aku tidak akan pernah mengadopsi cara mereka. Mereka membuatku asing untuk kembali. Mereka membuatku hangat namun dengan cara membakarku hidup-hidup. Terkadang aku merindukan suatu kenangan manis. Kenangan dimana pengorbanan itu terkadang masih ada. Dimana sebuah perasaan itu masih sama. Aku merindukan pandangan jendela tentang dunia luar. Ya. Aku merindukan terperangkap dalam kesalahanku yang bahkan aku belum mengerti pada saat itu. Hanya saja.. selalu terperangkap dalam waktu dan tempat yang salah hingga mereka.. mereka tidak mempercayaiku.
Aku juga benci mereka saat lebih mempercayaimu.
Mereka adalah hal yang pernah ku benci dalam hidup ini. mereka adalah obyek yang tidak sepenuhanya bertanggungjawab untuk menjadi langit cerah di bulan desember. Bahkan saat semua baik-baik saja, aku tetap yang salah. Aku ditampar bahkan begitu tega untuk mengatakan bahwa aku tega. Aku pernah bertanya pada obyek, apakah salah untuk membenci mereka? apakah aku akan dikutuk menjadi buta? hingga aku bertanya lagi dikemudian bulan haruskah kebingungan itu dibalas dengan amarah? haruskah yang salah hrus dipenjara? apakah seperti itu cara kerja hidup ini?
Hingga suatu saat aku bersumpah pada diriku sendiri bahwa aku tidak akan pernah mengadopsi cara mereka. Mereka membuatku asing untuk kembali. Mereka membuatku hangat namun dengan cara membakarku hidup-hidup. Terkadang aku merindukan suatu kenangan manis. Kenangan dimana pengorbanan itu terkadang masih ada. Dimana sebuah perasaan itu masih sama. Aku merindukan pandangan jendela tentang dunia luar. Ya. Aku merindukan terperangkap dalam kesalahanku yang bahkan aku belum mengerti pada saat itu. Hanya saja.. selalu terperangkap dalam waktu dan tempat yang salah hingga mereka.. mereka tidak mempercayaiku.
Aku juga benci mereka saat lebih mempercayaimu.
Komentar
Posting Komentar