Langsung ke konten utama

Mereka

Kenangan masa kecil rupanya adalah kenangan yang sangat berarti untuk setiap orang. Kenangan tersebut yang membentuk diri seseorang di masa depan. Tetapi apa yang paling teringat adalah kenangan yang buruk. Kenangan yang selalu memanggil amarah bermain dalam pandangan. Setiap orang memilikinya, bahwa sisi gelap itu selalu ada. Aku mengerti. Bahkan untuk meminta sabar berperang dengan kebutaan hingga hening datang bersemayam. Aku tidak ingin berterima kasih aku juga tidak menyesali. Semua yang terjadi adalah hal waras yang kulakukan dengan sadar pada masanya. Tapi tentu saja semua memang di pengaruhi oleh hasil konspirasi obyek lainnya.

Mereka adalah hal yang pernah ku benci dalam hidup ini. mereka adalah obyek yang tidak sepenuhanya bertanggungjawab untuk menjadi langit cerah di bulan desember. Bahkan saat semua baik-baik saja, aku tetap yang salah. Aku ditampar bahkan begitu tega untuk mengatakan bahwa aku tega. Aku pernah bertanya pada obyek, apakah salah untuk membenci mereka? apakah aku akan dikutuk menjadi buta? hingga aku bertanya lagi dikemudian bulan haruskah kebingungan itu dibalas dengan amarah? haruskah yang salah hrus dipenjara? apakah seperti itu cara kerja hidup ini?

Hingga suatu saat aku bersumpah pada diriku sendiri bahwa aku tidak akan pernah mengadopsi cara mereka. Mereka membuatku asing untuk kembali. Mereka membuatku hangat namun dengan cara membakarku hidup-hidup. Terkadang aku merindukan suatu kenangan manis. Kenangan dimana pengorbanan itu terkadang masih ada. Dimana sebuah perasaan itu masih sama. Aku merindukan pandangan jendela tentang dunia luar. Ya. Aku merindukan terperangkap dalam kesalahanku yang bahkan aku belum mengerti pada saat itu. Hanya saja.. selalu terperangkap dalam waktu dan tempat yang salah hingga mereka.. mereka tidak mempercayaiku.

Aku juga benci mereka saat lebih mempercayaimu.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Sahabat Sederhana

2010. Hari yang menyenangkan untuk anak seumuranku. Masuk ke dunia menengah pertama. Di kelas VII B, aku bertemu dengan teman teman yang telah ku bayangkan semalaman. Oh ya ada Widiyanti, sahabat kecilku. Anti anak yang sangat baik. Suka membantu orang tuanya. Tomboi dan ceria. Keluarganya orang Makassar dengan selera humor yang tinggi nan serius. Sudah 6 tahun kami bersama melewati kisah pertemanan, mungkin ditambah 3 tahun yang akan datang. Anti mempunyai sahabat di sekolah dasarnya. Ya, sekolah dasar kami berbeda. Namanya Cindy Sisilia Kahagi, gadis yang tinggi dengan kulit putih mulus khas orang Sulawesi Utara. Sayangnya, dia tidak sekelas dengan aku dan Anti. Si cantik yang pantas menjadi primadona ini berada di kelas VII C. Meskipun begitu.. tetap saja kelas kami masih dekat, sebelahan yakan hehe. Kami bertiga mulai akrab dan saling mencari diwaktu istrahat. Namun kelas 7, beranjak ke kantin adalah pilihan yang tidak mudah.  Kami memilih untuk tetap di dalam kelas dengan ...

Untuk anakku.. Rasa

Bagaimana caranya tersenyum saat orang orang meninggalkanmu karena kamu tidak cukup kuat untuk memberikannya ruang kehidupan? Percayalah anakku.. ini bukan salahmu. Ini juga bukan salah dari orang orang yang hanya mampu memberikanmu ruang sesempit itu. Seperti yang dilakukan Annisa, dia hanya percaya dan tetap berbuat baik pada semua orang sehingga dia di anggap baik. Ada yang berkata "Annisa kurang berkompeten dari Si Doi" dan itu membuat dia melanjutkan mimpinya. Tidak selalu butuh ruang positif untuk menambah nilai, ruang negatif pun kadang memberikan motivasi yang luar biasa. Percayalah anakku.. pejamkan mata dan lupakanlah semuanya. Tarik nafas dalam dalam dan fikirkan semua kebaikan kebaikan yang sudah terjadi dihidupmu selama ini. Fikirkan betapa kamu sebenarnya tidak butuh ruang yang besar untuk berkembang dan tersenyum. Fikirkan betapa kamu hanya membutuhkan dirimu sendiri untuk bisa bertahan. Anakku Rasa.. jika hari ini aku tidak memberikanmu nama "Rasa...