Langsung ke konten utama

Postingan

Karena Itu

Dari kalian pasti pernah mati rasa.. akan sesuatu yang berulang kali mengkhianati keseharian. Kalian membiarkan itu berkelebihan hingga diri sendiri hanya bisa terdiam. Suatu hari ada angin yang menyejukkan, membawa sedikit bungkus nafas keresahan. Akankah diam akan membawa bahagia atau melepaskan adalah fana yang tertunda. Semua hal yang ku percaya telah terjadi sebagaimana mestinya. Cukup berbisik hingga ucapan tak lagi hadir untuk air mata. Jika esok adalah milik kita berdua, jika pagi masih dengan perasaan yang sama.. kubiarkan langkah itu memilih. Aku tidak cukup kuat bila berbenah mencari belatih lagi, masaku sudah berlalu terlalu jauh.
Postingan terbaru

Hati

Untuk rasa yang tak tau arah jalan kemana ia harus pergi, untuk sambut yang belum juga menemukan rumah kliennya. Aku melihat seseorang berlalu lalang didepan pintu. Tak mengetuk tak juga ingin masuk. Aku mengetahui dengan pasti keraguannya. Entah apa yang ia fikirkan, aku mencoba menyapa dari dalam. Dia melihatku baik-baik saja lalu ia pergi tanpa kata. Setiap kali hujan datang, lamunanku mengarah ke pribadinya yang menenangkan. Sayang.. ia datang dan pergi sesukanya. Rumah ini dihuni oleh seseorang yang hanya numpang makan dan tidur, belum  pasti ia akan menetap atau pergi. Namun niat baiknya selalu membawa kebaikan. Kemarau bahkan datang karena keceriaannya. Aku nyaman dengan keadaan, tetapi masih menemukan alasan menjadi ragu untuk itu. Untuk kegersangan ini, aku mencoba terbuka dengan alam. Kebijakannya membuatku semakin hanyut terpendam oleh tinta kehidupan. Warnanya sama namun berbanding terbalik. Dia yang ku kenal membuatku nyaman dengan caranya. Dia yang belum ku kena...

Mereka

Kenangan masa kecil rupanya adalah kenangan yang sangat berarti untuk setiap orang. Kenangan tersebut yang membentuk diri seseorang di masa depan. Tetapi apa yang paling teringat adalah kenangan yang buruk. Kenangan yang selalu memanggil amarah bermain dalam pandangan. Setiap orang memilikinya, bahwa sisi gelap itu selalu ada. Aku mengerti. Bahkan untuk meminta sabar berperang dengan kebutaan hingga hening datang bersemayam. Aku tidak ingin berterima kasih aku juga tidak menyesali. Semua yang terjadi adalah hal waras yang kulakukan dengan sadar pada masanya. Tapi tentu saja semua memang di pengaruhi oleh hasil konspirasi obyek lainnya. Mereka adalah hal yang pernah ku benci dalam hidup ini. mereka adalah obyek yang tidak sepenuhanya bertanggungjawab untuk menjadi langit cerah di bulan desember. Bahkan saat semua baik-baik saja, aku tetap yang salah. Aku ditampar bahkan begitu tega untuk mengatakan bahwa aku tega. Aku pernah bertanya pada obyek, apakah salah untuk membenci mereka? apa...

Jauh

Masih dengan perasaan yang sama aku bertahan di negeri orang. Hidupku berubah, diriku berkembang mengikuti kebiasaan. Aku selalu mengingatnya adalah caraku melupakan. Suatu hari, salamnya memecah ombak kedamaian. Hariku masih sama, hal yang pernah ku rasakan masih ada. Perlahan mulai sadar untuk melepas dan terbawa arus kehidupan. Aku cemburu dengan hatiku sendiri. Bisa leluasa jujur menentukan arah kemana ia pergi. Dirinya yang semakin baik selalu menenangkan sekaligus meresahkan masa depan. Aku membuat kesalahan. Namun yang kupercaya adalah hal baik selalu ada. Sebuah proses yang ku lalui akan semakin panjang. Diriku masih sama saat dilahirkan hingga garis yang telah diberikan. Aku mencoba menghukum diriku sendiri bahwa harusnya benar-benar jatuh hingga tak bisa lagi. Terapi rupanya masih belum sanggup untuk melangkah pergi jauh sendiri. Aku mengenangmu dalam kebaikan di pagi hari. Yang memberi nafas namun semakin tak terhenti. Aku merindukanmu dalam hujan. Bau basah hujan disore h...

Hanya aku

Genggam tanganku coba rasakan Upaya apa yang tak kau sadari Meski tanganku berbalut luka Ingatan Indah ada di kepala Rasa.. tetaplah disini Temani dia.. hingga esok hari Ku ingin tetap jadi baik Memastikan luka.. sembuh Itu adalah wujud dua bait lagu yang tidak sengaja ku ciptakan saat aku sendiri dikeramaian. Percayalah, mungkin suatu saat aku membaca tulisanku ini akan terasa sedikit menggelikan. Tetapi itu karena orang-orang sudah tidak memakai rasa dalam hidupnya. Aku terjangkit kemunafikan diriku sendiri untuk tidak berkata "tidak" pada hal-hal yang sebenarnya kusukai. Aku hanya merindukan sebuah kenangan yang tidak bisa ku jelaskan.

Untuk anakku.. Rasa

Bagaimana caranya tersenyum saat orang orang meninggalkanmu karena kamu tidak cukup kuat untuk memberikannya ruang kehidupan? Percayalah anakku.. ini bukan salahmu. Ini juga bukan salah dari orang orang yang hanya mampu memberikanmu ruang sesempit itu. Seperti yang dilakukan Annisa, dia hanya percaya dan tetap berbuat baik pada semua orang sehingga dia di anggap baik. Ada yang berkata "Annisa kurang berkompeten dari Si Doi" dan itu membuat dia melanjutkan mimpinya. Tidak selalu butuh ruang positif untuk menambah nilai, ruang negatif pun kadang memberikan motivasi yang luar biasa. Percayalah anakku.. pejamkan mata dan lupakanlah semuanya. Tarik nafas dalam dalam dan fikirkan semua kebaikan kebaikan yang sudah terjadi dihidupmu selama ini. Fikirkan betapa kamu sebenarnya tidak butuh ruang yang besar untuk berkembang dan tersenyum. Fikirkan betapa kamu hanya membutuhkan dirimu sendiri untuk bisa bertahan. Anakku Rasa.. jika hari ini aku tidak memberikanmu nama "Rasa...

Dasar aku

"Apa yang orang lain lihat adalah yang ingin dia lihat" "Apa yang orang lain lihat adalah yang hanya nampak dipermukaan" Begitupun Aku. Aku yang melihatmu baik dipandanganku karena aku menginginkan kebaikanmu. Orang yang disebut "Aku" pernah merasakan apa itu kenyataan tak sesuai harapan. Sering.. bahkan sering sekali khayalan itu terlalu tinggi untuk direalisaskan kenyataannya. Umurku 21 tahun ini. Sudah hampir 7 tahun lamanya aku belajar tentang sebuah hal yang tidak pantas untuk diperjuangkan. Dari seseorang yang mengajarkan betapa murahnya rayuan untuk mendapatkan kenyataan baru yang lebih sesuai ekspektasi. Aku berterima kasih. Untuk pelajaran hidup yang sangat berharga ini. Pelajaran yang harganya sangat mahal namun berguna selamanya. Yang tidak bisa ku dapatkan di sekolah ataupun dari keluargaku sendiri. Umurku 21 tahun ini. Sudah 3 tahun lamanya seorang "Aku" belajar tentang menghargai diri sendiri dan menghargai waktu. Dari seseora...