Dari kalian pasti pernah mati rasa.. akan sesuatu yang berulang kali mengkhianati keseharian. Kalian membiarkan itu berkelebihan hingga diri sendiri hanya bisa terdiam. Suatu hari ada angin yang menyejukkan, membawa sedikit bungkus nafas keresahan. Akankah diam akan membawa bahagia atau melepaskan adalah fana yang tertunda. Semua hal yang ku percaya telah terjadi sebagaimana mestinya. Cukup berbisik hingga ucapan tak lagi hadir untuk air mata. Jika esok adalah milik kita berdua, jika pagi masih dengan perasaan yang sama.. kubiarkan langkah itu memilih. Aku tidak cukup kuat bila berbenah mencari belatih lagi, masaku sudah berlalu terlalu jauh.
Untuk rasa yang tak tau arah jalan kemana ia harus pergi, untuk sambut yang belum juga menemukan rumah kliennya. Aku melihat seseorang berlalu lalang didepan pintu. Tak mengetuk tak juga ingin masuk. Aku mengetahui dengan pasti keraguannya. Entah apa yang ia fikirkan, aku mencoba menyapa dari dalam. Dia melihatku baik-baik saja lalu ia pergi tanpa kata. Setiap kali hujan datang, lamunanku mengarah ke pribadinya yang menenangkan. Sayang.. ia datang dan pergi sesukanya. Rumah ini dihuni oleh seseorang yang hanya numpang makan dan tidur, belum pasti ia akan menetap atau pergi. Namun niat baiknya selalu membawa kebaikan. Kemarau bahkan datang karena keceriaannya. Aku nyaman dengan keadaan, tetapi masih menemukan alasan menjadi ragu untuk itu. Untuk kegersangan ini, aku mencoba terbuka dengan alam. Kebijakannya membuatku semakin hanyut terpendam oleh tinta kehidupan. Warnanya sama namun berbanding terbalik. Dia yang ku kenal membuatku nyaman dengan caranya. Dia yang belum ku kena...